WAYANG POTEL
(Hiburan Religi Masyarakat Desa Cikedung Kabupaten Indramayu)
DOI:
https://doi.org/10.55656/kisj.v5i2.103Keywords:
Kata Kunci: Kesenian Tradisional, Seni Pertunjukan, Wayang Golek, Media Dakwah IslamAbstract
Abstrak
Belakangan ini pertunjukan kesenian tradisional Wayang Potel muncul di Indramayu dengan gaya khasnya yang khusus yaitu sebuah tontonan yang menjadi tuntunan dengan memadukan unsur seni budaya ke dalam metode dakwah Islam. Wayang Potel merupakan wayang khas desa Cikedung, proses pertunjukannya tidak hanya dijadikan sebagai ajang pertunjukan seni dan budaya saja, melainkan sebuah pergerakan dakwah, budaya dan intelektual sehingga dengan menyaksikan atau menonton pertunjukan wayang potel tersebut dapat mengingatkan manusia akan potret atau gambaran bahwa dirinya harus eling atau ingat kepada sang pencipta, sesuai dengan namanya “Potel” yang merupakan pengadopsian nama atau kepanjangan dari “Potret Eling” yang di gagas oleh seorang tokoh agama Indramayu sekitar tahun 2018 yaitu KH. Ibrohim Nawawi, beliau juga menggandeng beberapa budayawan serta para pegiat seni (dalang, senimah dan ahli naskah kuno) seperti: Ki Tarka Sutaraharja, Sudarman S.Sn, Ray Mengku Sutentra S.S, dan Ki dalang Karno. Wayang Potel ini dibuat oleh seorang lulusan sarjana seni dari ISI Yogyakarta yakni Sudarman S.Sn yang akrab disapa kang maman. Cara pembuatanya hanya bermodalkan limbah kertas yang ramah lingkungan kemudian dibentuk menyerupai tokoh wayang berdasarkan versi wayang potel. Dalam pertunjukan Wayang Potel terbagi menjadi dua sesi, dimana sesi pertama cerita wayang dibawakan oleh Ki Dalang Karno dan sesi selanjutnya adalah ceramah keagamaan yang disampaikan oleh KH. Ibrohim Nawawi. Wayang Potel ini berkonsep pengenalan budaya dan agama, bercerita tentang kehidupan sehari-hari sebagai media untuk berceramah diberbagai tempat.